Tuesday, April 30, 2013

TEKNIK BERTANAM JABON PENGHASIL LOG KAYU dan PENGHIJAUAN

Semakin berkurangnya pasokan kayu dari hutan alam membuat semakin menipisnya suplai kayu sementara populasi dan pembangunan terus saja meningkat.   Hal ini membuat program kehutanan rakyat semakin menguntungkan untuk dikembangkan. Salah satu penghasil kayu yang bagus adalah Pohon Jabon. Kayu jabon merupakan jenis kayu yang bagus untuk memenuhi kebutuhan kayu di Indonesia. Selain karena pertumbuhanya yang sangat cepat, kayu jabon memiliki batang yang lurus dan kayunya tidak berserat. Jenis kayu seperti ini sangat diminati oleh kalangan perindustrian kayu di Indonesia. Jabon merupakan senis tumbuhan yang cukup kebal terhadap hama dan penyakit, sehingga tidak begitu memerlukan perawatan yang istimewa.  Saat ini sudah banyak sekali kebun Jabon yang diusahakan oleh masyarakat kita.
Jabon yang sering ditanam masyarakat sendiri ada dua jenis yaitu Jabon Putih yang nama ilmiahnya adalah Anthocephalus cadamba dan Jabon Merah yang nama ilmiahnya Anthocephalus machropyllus, keduanya dari keluarga Rubiaceae, yang sebenarnya termasuk tanaman asli Indonesia juga. 

Cara Tanam :
1. Penyiapan Lahan
Dalam proses penyiapan ini ada dua hal penting yang harus dilakukan. Pertama, pembersihan lahan dari unsur pengganggu. Seperti semak belukar, alang-alang dan berbagai tanaman yang sudah mati. Proses pembersihan bisa dilakukan dengan cara manual atau menggunakan zat kimia seperti Sodium Chlorate (5-10 g / m2).
Kedua, pengolahan tanah. Dalam hal ini, tanah perlu dikelola agar mampu memberikan kesuburan bagi tanaman yang akan hidup di tanah tersebut. Pengelolaan ini meliputi proses pemupukan, baik pupuk organik (pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup, seperti pelapukan sisa-sisa tanaman, hewan, dan manusia) maupun anorganik (pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik pupuk dengan meramu bahan-bahan kimia anorganik berkadar hara tinggi). untuk pupuk organis bisa menggunakan pupuk kandang, sementara pupuk anorganik yang biasanya dipakai adalah NPK, TSP, KCL dan SP36.
2. Penentuan Jarak Tanam
Jarak tanam memiliki peran penting dalam menentukan kualitas tanam. Karena jarak tanam ini akan mempengaruhi sebuah tanaman dalam proses memperoleh sinar matahari. Untuk budidaya Jabon, jarak tanam ideal adalah 3×4 meter dengan pola tanam monokultur. Hal ini diperlukan, mengingat ketika Jabon sudah mulai meninggi, maka masing-masing cabang akan tumbuh dan bersinggungan.
Perkebunan pada umumnya menggunakan jarak tanam yang direkomendasikan yaitu 4 x 5 m. jarak tersebut dapat memaksimalkan pertumbuhan dan perkembangan diameter batangnya, sebab radius lingkaran bayangan kebawah batang atas pohon adalah wilayah penyerapan unsur-unsur hara ditanah oleh akar pohon, jadi jarak 4 x 5 m adalah yang paling baik bagi pertumbuhan pohon jabon tetapi bisa juga menggunakan jarak 4 x 4 m tergantung kondisi lahan, jabon dapat hidup pada tanah Alluvial lembab (Pinggir sungai), Tanah liat, tanah lempung, podsolik coklat, tanah daerah yang ada pasang surut, iklim basah dan tropis.
Bila terlalu rapat, akan berdampak menghalangi sinar matahari yang bisa ditangkap oleh batang Jabon. Selain itu, dibagian akar akan terjadi perebutan zat makanan oleh setiap tanaman. Sehingga tanaman Jabon tidak akan bisa tumbuh secara sempurna dan pertumbuhannya hanya cenderung kurus tinggi saja.
Proses pembuatan lubang ini sebaiknya dilakukan seminggu sebelum bibit ditanam. Hal ini dilakukan guna menciptakan pemupukan awal bagi lubang tempat bibit Jabon akan ditanam.
Ada beberapa hal yang perlu dilakukan selama proses penanaman ini, di antaranya adalah :
  • Gali kembali tanah yang sudah diisi pupuk sebelumnya.
  • Siapkan bibit Jabon dengan cara melepasnya dari kantung atau polybag. Pada proses ini harus dilakukan secara hati-hati guna menghindari rusaknya akar.
  • Masukan bibit ke dalam lubang denga hati-hati dan tegak lurus.
  • Timbun sekeliling bibit dengan tanah bekas galian.
3. Perawatan
Semprot pestisida secara aktif per 1 atau 2 minggu sekali selama 3-4 bulan tergantung keadaan gangguan, agar daun tidak dimakan ulat. Setelah daun cukup banyak fungisida sudah tidak perlu disemprotkan lagi, sebab daun tidak akan habis dimakan ulat karena daun sudah banyak.
4. Pemupukan
Untuk pertumbuhan, pemupukan dapat dilakukan minimal cukup sampai usia 3 tahun karena usia 3 tahun ke atas sumber makanan dan unsur hara dari serasah sudah terdekomposisi secara alami selama 1-3 tahun. Periode pemupukan 1-2 kali/setahun, tetapi jika ada kemampuan lebih baik pemupukan sampai batas usia mendekati masa panen.
  • Awal tanam – 1 Tahun : NPK 1 sendok makan (tabur jangan kena/menumpuk pada batang pangkal).
  • 1 tahun – 2 tahun : Kompos /Bokhasi /Pupuk Kandang 5 kilo + NPK 2,5 Ons.
  • 2 tahun – 3 tahun : Kompos /Bokhasi /Pupuk Kandang 10 kilo + NPK 7,5 Ons.
Dapat juga hanya dengan kompos :
  • 1 tahun – 2 tahun : Kompos /Bokhasi /Pupuk Kandang 20 kilo.
  • 2 tahun -3 tahun : Kompos /Bokhasi /Pupuk Kandang 20 kilo.
Kompos sangat penting perananny, Kompos /Bokhasi /Pupuk Kandang berperan sebagai absorbent yang dapat menyimpan mineral dan unsur hara dan memperlancar pertukaran kation di dalam tanah. Tanpa Kompos /Bokhasi /Pupuk Kandang tanah semakin lama semakin jenuh. Jika tanah jenuh tidak dapat lagi mengikat mineral sehingga pupuk yang diberikan tidak dapat mengurai ke dalam tanah dan akan menguap atau tercuci. Kompos memperbaharui kondisi tanah dan menjadikan tanah disekitar pangkal pohon/akar menjadi lembab dan subur.

TEKNIK BUDIDAYA PALA SECARA INTENSIF

pala
Salah satu rempah-rempah yang cukup terkenal adalah Buah Pala.  Tanaman Pala ini termasuk tanaman asli dari Indonesia.  Meski tanaman ini asli Indonesia namun belum tentu anda pernah melihatnya.  Salah satu oleh-oleh yang cukup terkenal adalah manisan pala yang rasanya semriwing itu. Nama ilmiah dari pala adalah Myristica Fragan  dan tanaman ini berasal dari Banda dan Maluku. Tanaman pala menyebar ke Sulawesi, Jawa.  Kisah persebaran buah pala juga terkait dengan perjalanan Marcopollo ke Tiongkok yang melewati pulau Jawa pada tahun 1271 sampai 1295 pembudidayaan tanaman pala terus meluas sampai Sumatera dan daerah lain.
Jenis pala yang banyak diusahakan masyarakat kita adalah Myristica fragrans, sebab jenis pala ini mempunyai nilai ekonomi lebih tinggi daripada jenis lainnya.
Tanaman Pala banyak biasa dipelihara sebagai tanaman pengisi kebun campuran dan belum banyak dipelihara secara intensif.
Tanaman pala memerlukan iklim tropis yang panas dengan curah hujan yang tinggi tanpa adanya periode(masa) kering yang nyata. Di daerah yang tropis seperti Indonesia, tanaman pala dapat beradaptasi luas terhadap lingkungan tumbuh. Misalnya, di Pulau Banda tanaman pala tumbuh pada ketinggian 500 m dari permukaan laut(dpl). Namun, tanaman pala di daerah yang ketinggian tempatnya di atas 700 m dpl., dinilai tidak produktif.

Secara umum tanaman pala tumbuh dan berproduksi dengan baik pada daerah dataran rendah sampai ketinggian 700 m dpl., dengan suhu udara optimum berkisar antara 20°C-30°C, kelembapan antara 50%-80%, curah hujan antara 2.000 mm-3.500 mm/tahun, dan tempatnya terbuka (mendapat cukup sinar matahari). Jumlah curah hujan yang baik bagi pertumbuhan dan produksi tanaman pala belum diketahui dengan pasti, tetapi dari pengalaman menunjukkan bahwa curah hujan 2.175 mm-3.550 mm/tahun merupakan curah hujan yang baik bagi pertumbuhan tanaman pala. Makin tinggi curah hujan makin tinggi pula produksi yang dihasilkan

Kondisi  Tanah

Pada prinsipnya tanaman pala dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah. Namun, untuk memperoleh pertumbuhan dan produksi yang optimum, tanaman pala menghendaki tanah yang ringan(gembur), berstektur pasir sampai lempung, terutama tanah vulkanis atau tanah di sekitar gunung berapi dengan keadaan aerasi dan drainase yang baik, subur, dan mempunyai pH 5,5-7,0. Tanaman pala cocok ditanam pada tanah andosol, latosol, dan alluvial yang kaya bahan organic.

Pada tanah miskin hara, tanaman pala masih dapat tumbuh apabila disertai pemupukan dan perawatan yang baik. Untuk mendukung pertumbuhan tanaman pala dengan baik, perlu dipilih tanah yang terhindar dari erosi, tanah mudah dikerjakan atau tidak terlalu keras, pengaturan tata air, dan udara dalam tanah yang baik, serta unsure hara cukup tersedia.

Tanaman pala peka terhadap genangan air (becek), karena genangan air dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat dan mudah terserang penyakit busuk akar. Oleh karena itu, tanaman pala akan cocok diusahakan pada areal yang tofografinya tidak datar (bergelombang) dan drainasenya baik.

Tanaman pala yang sudah berumur 4-5 tahun memerlukan sinar matahari yang banyak untuk dapat berproduksi. Penjarangan pohon pelindung harus diperhatikan untuk mencegah tanaman pala tumbuh tidak normal(memanjang ke atas), dan untuk mencegah persaingan dalam pengambilan unsure hara antara pala dengan pohon pelindung.

Teknik Budi Daya Tanaman Pala

Kegiatan pokok dalam tehnik budidaya tanaman pala meliputi aktivitas-aktivitas sebagai berikut.

1.    Penyiapan Lahan

Pekerjaan penyiapan lahan untuk menanam tanaman pala sebaiknya dilakukan pada musim kemarau atau minimal satu bulan sebelum tanam. Tahap-tahap penyiapan lahan meliputi berikut ini.

        Pembukaan Lahan

Pekerjaan membuka lahan diawali dengan pembabatan semak belukar dan penebangan pohon-pohon, kemudian semua pohon-pohon tersebut dikumpulkan di suatu tempat agar mudah di manfaatkan untuk kebutuhan kayu bakar.

        Pengolahan Tanah

Lahan yang sudah bersih dari pepohonan dapat segera dicangkul sedalam 30 cm hingga gembur sambil tanahnya dibalikkan. Pengolahan tanah bertujuan menggemburkan tanah, menyingkirkan akar dan sisa-sisa tanaman, serta menciptakan areal yang aerasi dan drainasenya baik. Pengolahan tanah pada lahan yang miring harus dilakukan menurut arah melintang lereng(contour) agar terbentuk alur yang dapatr menghambat aliran permukaan dan menghindari terjadinya erosi.

Pembuatan Lubang Tanam

Tata cara membuat lubang tanam meliputi langkah-langkah kerja sebagai berikut.

1)    Tetapkan tempat lubang tanam yang pertama sejauh setengah jarak tanam dari pinggir atau batas  kebun, yaitu jarak 4,5 m-5,0 m apabila digunakan jarak tanam 9 m x 9 m atau 10 m x 9 m.

2)    Pasang ajir dari bilah bamboo sebagai ciri tempat lubang tanam dengan jarak antarajir 3 m x 3 m.

3)    Buat lubang berbentuk segi empat ukuran 60 cm x 60 cm atau 1 m x 1 m, tergantung kesuburan tanah.

4)    Galilah tanah dalam lubang tersebut sedalam 30 cm, kemudian tanah galiannya di angkat ke bagian kiri lubang yang terkena sinar matahari pagi.

5)    Perdalam lubang tadi menjadi 60 cm, hingga ukurannya menjadi 60 cm x 60 cm atau 1 m x 1 m x 0,6 m. Tanah galiannya diangkat ke bagian kanan lubang atau tempat yang terkena sinar matahari siang atau sore.

6)    Keringkan lubang tanam minimal 15 hari agar gas-gas beracun dalam tanah menguap.

7)    Masukkan kembali lapisan tanah yang berasal dari dasar lubang ke tempat semula.

8)    Lapisan tanah atas dicampur dengan pupuk kandang sebanyak 20 kg-40 kg, kemudian masukkan ke dalam lubang tanam.

2.    Penyiapan Bibit

Binit tanaman pala yang siap ditanam adalah bibit yang telah berumur lebih  dari satu tahun dan tidak lebih dari dua tahun. Jika umur bibit melebihi dari ketentuan tersebut karena terlalu lama di tempat pembibitan, maka pertumbuhannya akan terhambat dan akarnya berlipat-lipat.

Pedoman mennetukan jumlah bibit per satuan luas lahan digunakan pendekatan rumus sebagai berikut.

Jumlah bibit yang dibutuhkan = Luas lahan(m²) : Jarak tanam x 1 batang bibit
Lahan seluas 1 hektar dengan  jarak tanam 9 m x 9 m dan lahan yang efektif ditanami 90%, dibutuhkan bibit tanaman pala sebanyak kurang lebih 111 batang bibit tanaman pala. Sebulan sebelum tanam sebaiknya bibit diadaptasikan dulu di lokasi dekat kebun.

3.    Penanaman

Waktu tanam yang paling baik adalah pada musim hujan untuk menjamin tersedianya sumber air yang sangat dibutuhkan pada fase awal pertumbuhan bibit tanaman pala. Bibit dipindahkan dari pesemaian dengan system putaran.Bibit putaran dibungkus dengan gedebok pisang atau pembungkus lainnya yang dapat merembeskan air. Namun, bibit dalam polibag dapat langsung ditanam pada lubang tanam yang tewrsedia.

Pengaturan jarak tanam sangat penting karena tanpa mengatur jarak tanam yang tepat, maka tanaman tidak dapat berproduksi secara maksimal. Jarak tanam pada tanah datar adalah 9 m x 10 m, sedangkan pada tanah bergelombang(bukit) 9 m x 9 m.

Tata cara menanam bibit tanaman meliputi langkah-langkah kerja sebagai berikut.

1)    Siapkan alat dan bahan yang terdiri atas bibit tanaman pala dalam polibag, cangkul, gembor (embrat), dan sarana penunjang lainnya.

2)    Galilah tanah seukuran daun cangkul pada lubang tanam yang telah disiapkan jauh sebelumnya.

3)    Siramlah medium tanam pada polibag yang berisi bibit tanaman pala dengan air bersih hingga cukup basah atau lembap.

4)    Keluarkan bibit bersama medium tanamnya dari polibag secara hati-hati agar tidak merusak akar.

5)    Bibit tersebut segera ditanam tepat di tengah-tengah lubang tanam dengan posisi tegak.

6)    Tanah di sekitar pangkal batang bibit tanaman pala dopadatkan pelan-pelan agar akar tanaman langsung kontak dengan air tanah.

7)    Tanah di sekeliling bibit tanaman pala disiram hingga cukup basah atau lembap.

8)    Pasanglah kayu atau bilah bamboo penyangga di sisi kiri dan kanan batang tanaman tersebut.

9)    Seusai menanam dilakukan penyiraman hingga tanah di sekitar pangkal batang dan akar cukup basah

Pemeliharaan Tanaman Pala


Kegiatan pokok pemeliharaan tanaman pala meliputi aktivitas-aktivitas sbagai berikut.

Penyulaman

Pada periode sejak bibit pala ditanam sampai berumur 1 bulan perlu diperhatikan pengamatan tanaman secara teliti Bibit tanaman yang mati atau tumbuhnya abnormal segera disulam atau diganti dengan bibit yang baru.

Cara menyulam adalah mula-mula bibit tanaman yang lama dibongkar, kemudian bibit yang baru dikeluarkan  dari polibag bersama akar dan mediumnya. Bibit tersebut ditanam di tengah-tengah lubang tanam secara tegak  dan tanah di sekitar pangkal batang di padatkan pelan-pelan.Setelah selesai menyulam segera disiram air seperlunya.

Pengairan

Tanaman pala membutuhkan cukup air, karena apabila kekurangan air pada fase vegetative akan menghambat pertumbuhan tunas dan akar. Sedangkan kekurangan air pada fase generative mengakibatkan kerontokan bunga atau buah, sehingga menurunkan produksi dan mutu buah, sehingga menurunkan produksi dan mutu buah.

Persediaan air dan pengairan harus cukup, terutama selama musim kering (kemarau). Sumber air dapat berasal dari sungai, kolam, waduk, serta sumur pantek. Pada tanaman pala yang baru ditanam, pengairan dapat dilakukan 1-2 kali sehari, terutama jika tidak hujan. Pada tanaman pala yang dewasa, pengairan dapat disesuaikan dengan keadaan tanah.

Cara mengairi dapat dilakukan dengan system jaringan pipa PVC atau pipa ledeng yang ditanam dalam tanah dan peralatan pompamuntuk mengatur distribusi air. Pemberian air bisa dikontrol hanya pada saat dibutuhkan dan dalam jumlah tertentu. Pengairan dapat pula dengan system percikan (springkler) atau tetesan yang digerakakkan mesin agar air yang disalurkan dapatmmemancar rata membasahi bidang lahan yang diinginkan.

Penyiangan dan Penggemburan Tanah

Sebulan setelah tanam biasanya lahan kebun tanaman pala ditumbuhi dengan rumput-rumput liar (gulma). Gulma tersebut perlu disiangi karena gulma akan menjadi pesaing bagi tanaman pala dalam hal kebutuhan unsure hara, air, dan sinar matahari, bahkan gulma kadang-kadang menjadi sarang hama atau penyakit. Penyiangan selanjutnya dilakukan secara teratur, yaitu setiap 3 bulan atau pada saat rumput telah tumbuh kembali.

Penyiangan dilakukan dengan membersihkan gulma yang terdapat di bawah tajuk tanaman, sekitar 30 cm-50 cm dari pangkal batang. Sambil menyiangi dilakukan penggemburan tanah secara hati-hati, kemudian tanahnya ditimbunkan dekat pangkal batang atau perakaran yang muncul ke permukaan tanah.

Pohon pelindung

Tanaman muda umumnya tidaktahan terhadap panas matahari. Oleh karena itu untuk menghindari kerusakan tanaman perlu disiapkan pohon pelindung yang cukup. Setelah tanaman berumur 4 tahun, pohon pelindung dapat diperjarang.

Pemupukan

Untuk menjamin tanaman pala tumbuh dengan baik dan terus menerus berproduksi tinggi, pemupukan perlu dilakukan. Pupuk yang diberikan dapat berupa pupuk organic (pupuk kandang, kompos) dan pupuk buatan (urea,TSP, dan KCL). Pupuk organic sangat baik untuk menjaga keremehan tanah serta kesuburannya. Syarat penting pupuk organic adalah unsure N harus terdapat dalam persenyawaan organic agar mudah diserap tanaman dan pupuk tidak meninggalkan sisa asam organic di dalam tanah.

Pupuk anorganik yang paling dibutuhkan adalah Nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K), serta unsure-unsur hara makro atau mikro seperti Zn, Cu, Mn, dan lain-lain.

Dosis pupuk yang diberikan terdiri atas 1 kg Urea + 1,1 kg TSP + 1,2 kg KCL per pohon. Pupuk diberikan 2 kali dalam setahun, yaitu pada awal musim hujan dan pada akhir musim hujan dengan menyesuaikan kandungan unsure dari pupuk yang digunakan. Pupuk kandang dapat diberikan asal telah masak sehingga kontaminasi antara tanaman dengan zat yang berbahaya dapat dihindari.

Sumberr pupuk organic dan kandungan mineralnya setiap jenis pupuk tersebut.Sebelum dipupuk, sekeliling tanaman dibersihkan dahulu kemudian dibuat parit melingkari tanaman selebar kanopi sedalam 2-10 cm. pupuk ditaburkan di dalamnya dan kemudian ditutup kembali.

Pananaman Tanaman Sela

Pada fase vegetative, yaitu sejak bibit pala ditanam sampai tanaman mulai belajar berbuah, maka di antara tanaman-tanaman pala tersebut masih longgar. Lahan tersebut di olah dengan baik dan dibuat bedengan-bedengan untuk ditanami tanaman sela, misalnya menanam kacang-kacangan atau sayuran.

Setelah tanaman pala mulai belajar berbuah, tanamana sela dapat diganti dengan tanaman penutup tanah atau rumput. Penutup tanah berguna untuk menjaga kelembapan tanah, memperbaiki struktur tanah, menekan pertumbuhan gulma, dan mencegah erosi lahan di sekitar tanaman.


Hama dan Penyakit

Hama uatama yang sering menyerang tanaman pala di antaranya adalah sebagai berikut.

1.    Penggerek Batang (Batocera spp.)

Serangan hama penggerek batang menimbulkan gejala terdapat gerekan pada batang dengan diameter ½-2 cm, dan dalam lubang gerekan tadi terdapat serbuk kayu. Akibat serangan hama ini dalam waktu yang lama dapat mematikan tanaman.

Pengendalian hama penggerek batang dapat dilakukan dengan cara menutup lubang gerekan dengan kayu, menginjeksi racun sehingga sistemik ke dalam batang, membuat lekukan pada lubang gerekan dan membunuh hamanya.

2.    Rayap

Serangan rayap banyak dijumpai pada kebun-kebun yang kurang bersih dari semak dan tunggul-tunggul pohon. Rayap biasanya menyerang bagian bawah tanaman, dimulai dari akar dan pangkal batang hingga bagian dalam batang, sehingga seluruh bagian batang terserang.

Tanda khusus serangan rayap adalah terjadinya bercak hitam pada permukaan batang. Apabila bercah hitam dikupas, maka kelihatan sarang serta saluran yang dibuat oleh rayap di dalamnya. Akhirnya batang tanaman yang terserang berat akan mati.

Pengendalian rayap dapat dilakukan dengan cara menyemprot larutan insektisida dua kali dalam setahun. Penyemprotan ditujukan pada tanah dan sekitar batang untuk mencegah naiknya rayap ke bagian batang sebelah atas.

3.    Kumbang (areoceum foriculatus)

Hama Ini menyerang biji pala yang telah jatuh. Imago menggerek biji, kemudian meletakkan telur di dalamnya. Dalam biji tersebut, telur akan berkembang menjadi lundi yang dapat menggerek biji pala secara keseluruhan.

Pengendalian hama kumbang dapat dilakukan dengan cara memetik buah pala yang terserang, kemudian buah atau biji pala tersebut segera dikeringkan.

Penyakit Pada Tanaman Pala

Penyakit utama yang sering merugikan tanaman pala diantaranya adalah sebagai berikut.

1.    Busuk Buah Kering

Penyebab penyakit busuk buah kering adalah cendawan (jamur) Siigmina myristicae (Stein) Mand. Sum Et Rifai. Gejala serangan yang dapat diamati secara visual adalah pada buah yang terinfeksi mula-mula terdapat bercak-bercak kecil bulat bergaris tengah kurang lebih 0,3 cm, berwarna cokelat atau mengendap (cekung).

Bercak tersebut akan terus meluas mencapai kurang lebih 2,5 cm. Pada permukaan bercak, jamur akan membentuk massa berwarna hitam kehijauan. Akhirnya bercak akan mongering dan menjadi keras, sehingga buah pecah dan gugur.

Pengendalian penyakit busuk buah kering dapat dilakukan dengan cara mengurangi kelembapan dengan mengadakan pembabatam gulma dan sanitasi kebun, membakar sisa-sisa tanaman yang sakit, dan penyemprotan fungisida Dithame M-45 konsentrasi 0,2%.

2.    Busuk Buah Basah

Penyebab penyakit busuk buah basah adalahcendawan (jamur) Colletotrichum gloeosporioides Penz. Gejala serangan yang dapat diamati adalah paha pangkal buah yang terinfeksi terdapat bercak-bercak berwarna cokelat. Perkembangan bercak cepat sekali, sehingga dalam beberapa hari garis tengahnya mencapai 2,5 cm . Bagian dalam daging buah menjadi rusak, lunak, dan berair kebasah –basahan. Buah yang sakit menjadi mudah gugur dan berwarna cokelat seperti habis direbus.

Pengendalian penyakit busuk buah basah dapat di lakukan dengan cara menjaga kebersihan (sanitasi) kebun, memangkas buah yang terserang berat, dan menyemprot tanaman dengan fungisida selama musim hujan antara lain dengan Dithane M-45 konsentrasi 0,2%.

3.    Busuk Buah dan Gugur Daun

Penyebab penyakit busuk buah dan gugur daun adalah cendawan (jamur) phythopthora palmivora (Butl) Butl. Gejala serangan penyakit ini adalah terdapat bercak-bercak kecil berwarna kehitaman pada buah yang masih muda. Bercak tersebut terus meluas, sehingga akhirnya buah menjadi pecah, dan fuli berwarna putih tampak dari luar, hingga akhirnya buah busuk.

Serangan pada buah pala yang masak menyebabkan kulit buah bebercak-bercak berwarna kuning sampai cokelat tua kehitaman. Daun dan pangkal daun yang terinfeksi menjadi berwarna cokelat tua kehitaman, daun rontok, dan akhirnya pohon menjadi gundul.

Pengendalian penyakit busuk buah dan gugur daun dapat dilakukan dengan cara mengatur jarak tanam yang lebar (jarang), pemangkasan bagian tanaman yang sakit, dan sanitsi kebun.

4.    Terbelah putih

Penyebab penyakit terbelah putih adalah cendawan (jamur) Coreneum sp. Gejala serangannya adalah terdapat bercak-bercak kecil berwarna ungu kecokelatan pada bagian luar daging buah yang berumur antara 5-8 bulan. Beecak tersebut bertambah besar dan berubah menjadi hitam. Daging buah yang terinfeksi menjadi hitam. Daging buah yang terinfeksi menjadi terbelah dan kemudian buah akan jatuh sebelum tua.

Pengendalian penyakit terbelah putih dapat dilakukan dengan cara membuat saluran pembuangan air (drainase) yang baik, pengasapan belerang di bawah pohon dengan dosis 100 gram belerang/pohon, membuang buah-buah yang terserang, dan penyemprotan fungisida.

5.    Pecah Buah Mentah

Penyakit pecah buah mentah disebut penyakit fisiologis yang disebabkan oleh beberapa factor, di antaranya umur pohon telah tua, penyerbukan dan pembuahan yang menyimpang, sifst-sifat keturunan, jarak tanam rapat, dan kondisi kebun tidak terpelihara. Serangan penyakit fisiologis biasanya terjadi pada buah yang berumur 4-6 bulan. Gejala serangan yang dapat diamati adalah buah pecah, sehingga biji dan fuli yang masih berwarna putih kemerahan sampai merah muda terlihat dari luar. Pengendalian penyakit fisiologis dapat dilakukan dengan cara memelihara tanaman secara intensif, terutama pemupukan dan sanitasi kebun.

6.    Penyakit Lain

Penyakit lain yang sering ditemukan adalah kanker batang dan rumah laba-laba. Penyakit kanker batang  menyerang batang, cabang,dan ranting, sehingga membengkak. Sedangkan penyakit rumah laba-laba menyerang cabang, ranting, dan daun, yang menimbulkan gejala daun mongering, kemudian diikuti oleh ranting serta cabang.

Pengendalian kedua jenis penyakit ini dapat dilakukan dengan cara membersihkan kebun dari semak belukar, memangkas bagian yang terserang dan kemudian membakarnya.

Monday, April 29, 2013

CARA BUDIDAYA LADA / MERICA

budidaya lada - merica
Siapa yang tidak kenal komoditas Lada atau juga dikenal dengan merica.  Gara-gara rempah inilah mencul kolonialisme di penjuru dunia.  Lada /merica (Piper nigrum L.) adalah rempah-rempah berwujud biji-bijian. Lada sangat penting dalam komponen masakan dunia terutama di barat (western) dan dikenal luas sebagai komoditi perdagangan penting.  
Provinsi Lampung adalah salah satu negara penghasil lada terbesar di Indonesia.  Indonesia mempunyai peranan penting dalam perdagangan lada di dunia. Indonesia terkenal dengan pasokan lada putih “Muntok White Pepper” dan lada hitam ”Lampung Black Pepper”. 
Manfaat paling utama lada yang utama adalah sebagai bumbu masak yang bisa membuat rasa masakan menjadi sedap, beraroma merangsang, dan menghangatkan badan. Karenanya di Indonesia lada digunakan bumbu khusus masakan-masakan peningkat gairah. Sementara itu di India yang masyarakatnya dikenal sangat menyukai masakan berbumbu lada, sehingga hampir sebagian besar produksi lada mereka untuk konsumsi dalam negeri. Selain untuk bumbu masak, lada bersama beberapa rempah lain dan umbi-umbian juga digunakan sebagai bahan ramuan jamu tradisional.
Lada terutama lada hitam, sering pula disuling untuk diambil minyaknya. Minyak lada dengan aroma wangi yang khas ini dipergunakan untuk bahan campuran minyak wangi.

SYARAT PERTUMBUHAN
Iklim
- Curah hujan 2.000-3.000 mm/th
- Cukup sinar matahari (10 jam sehari)
- Suhu udara 20°C-34°C
- Kelembaban udara 50-100%
- Terlindung dari tiupan angin yang terlalu kencang

Media Tanam
- Subur dan kaya bahan organik
- Tidak tergenang atau terlalu kering
- pH tanah 5,5-7,0
- Warna tanah merah sampai merah kuning seperti Podsolik, Lateritic, Latosol dan Utisol
- Kandungan humus tanah sedalam 1-2,5 m
- Kelerengan/kemiringan lahan maksimal ± 300
- Ketinggian tempat 300-1.100 mdpl

CARA BUDIDAYA LADA ATAU MERICA
Pembibitan
- Terjamin kemurnian jenis bibitnya
- Berasal dari pohon induk yang sehat
- Bebas dari hama dan penyakit
- Berasal dari kebun induk produksi yang sudah berumur 10 bulan-3 tahun (Kebutuhan bibit ± 2.000 bibit tanaman perhektar)

Pengolahan Media Tanam
a. Cangkul 1, pembalikan tanah sedalam 20-30 cm
b. Taburkan kapur pertanian dan diamkan 3-4 minggu
Dosis kapur pertanian :
  • Pasir dan Lempung berpasir: pH Tanah 3,5 ke 4,5 = 0,6 ton/ha; pH Tanah 4,5 ke 5,5 = 0,6 ton/ha; pH Tanah ke 6,5 = 0,9 ton/ha
  • Lempung: pH Tanah 3,5 ke 4,5 = 0,6 ton/ha; pH Tanah 4,5 ke 5,5 = 1,7 ton/ha; pH Tanah ke 6,5 = 0,9 ton/ha
  • Lempung Berdebu: pH Tanah 3,5 ke 4,5 = 0,6 ton/ha; pH Tanah 4,5 ke 5,5 = 2,6 ton/ha; pH Tanah ke 6,5 = 3,2 ton/ha
  • Lempung Liat: pH Tanah 3,5 ke 4,5 = 0,6 ton/ha; pH Tanah 4,5 ke 5,5 = 3,4 ton/ha; pH Tanah ke 6,5 = 4,2 ton/ha
c. Cangkul 2, haluskan dan ratakan tanah

Teknik Penanaman
  • Sistem penanaman adalah monokultur (jarak tanam 2m x 2m), tetapi juga bisa ditanam dengan tanaman lain (tumpang sari)
  • Lubang tanam dibuat limas ukuran atas 40 cm x 35 cm, bawah 40 cm x 15 cm dan kedalaman 50 cm
  • Biarkan lubang tanam 10-15 hari barulah bibit ditanam
  • Waktu penanaman sebaiknya musim penghujan atau peralihan dari musim kemarau kemusim hujan, pukul 6.30 pagi atau 16.30-18.00 sore
  • Cara penanaman : menghadapkan bagian yang ditumbuhi akar lekat kebawah, sedangkan bagian belakang (yang tidak ditumbuhi akar lekat) menghadap keatas
  • Taburkan pupuk kandang 0,75-100 gram/tanaman
  • Tutup lubang tanam dengan tanah galian bagian atas
Pemeliharaan Tanaman
Pengikatan Sulur Panjat
Panjatkan pada tiang panjat menggunakan tali. Ikatkan dengan dipilin dan dilipat hingga mudah lepas bila sulur tumbuh besar dan akar lekatnya sudah melekat pada tiang panjat.

Penyiangan dan Pembumbunan
Penyiangan setiap 2-3 bulan sekali. Pembubunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan.

Perempalan
Perempalan atau pemangkasan dilakukan pada:
Batang, dahan, ranting yang tidak produktif, atau terserang hama dan penyakit.
Pucuk/batang, karena tidak memiliki dahan yang produktif
Batang yang sudah tua agar meremajakan tanaman menjadi muda kembali.

Pemupukan Susulan
Lakukan pemupukan sesua dengan aturan pupuk yang akan digunakan, biasakan dengan menggunakan pupuk organik

Pengairan dan Penyiraman
Pada musim kemarau penyiraman sehari sekali di sore hari. Pada musim hujan tidak boleh tergenang.

Pemberian Mulsa
Usia 3-5 bulan, beri mulsa alami berupa dedaunan tanaman tahunan ataupun alang-alang.

Penggunaan Tajar (Ajir)
Sebaiknya gunakan tajar (Ajir) mati dari bahan kayu. Pangkal tajar (Ajir) diruncingkan, bagian ujung dibuat cabang untuk menempatkan batang lada yang panjangnya telah melebihi tinggi tajar (Ajir). Panjang tajar (Ajir) 2,5-3 m..

Hama dan Penyakit
Hama
a. Hama Penggerek Batang (Laphobaris Piperis)
Ciri: berwarna hitam, ukuran 3-5 mm. Serangga dewasa lebih suka menyerang bunga, pucuk daun dan cabang-cabang muda. Akibat lain bila Nimfanya (serangga muda) berupa ulat akan menggerek batang dan cabang tanaman. Pengendalian: memotong cabang batang atau lakukan penyemprotan dengan bahan organik

b. Hama bunga
Ciri: Serangga dewasa berwarna hitam, sayap seperti jala, terdapat tonjolan pada punggungnya, ukuran panjang tubuh 4,5 mm dan lebar 3 mm. Gejala: serangga dewasa/nimfanya menyerang bunga berakibat bunga rusak dan menimbulkan kegagalan pembuahan, siklus hidupnya sekitar 1 bulan. Pengendalian: pemotongan pada tandan bunga atau lakukan penyemprotan dengan bahan organik

c. Hama buah
Ciri: serangga berwarna hijau kecoklatan, nimfanya tidak bersayap, berwarna bening dan empat kali ganti kulit. Serangga dewasa atau nimfanya menyerang buah sehingga isi buah kosong. Telurnya biasa diletakkan pada permukaan daun atau pada tandan buah, siklus hidupnya sekitar 6 bulan. Pengendalian: musnahkan telur dipermukaan daun, cabang, dan yang ada pada tandan buah atau lakukan penyemprotan dengan bahan organik

Penyakit
a. Penyakit busuk pangkal batang (BPB)
Penyebab: jamur Phytopthora Palmivora Var Piperis. Gejala: awal serangan sulit diketahui. Bagian yang mulai terserang pada pangkal batang memperlihatkan garis-garis coklat kehitaman dibawah kulit batang. Daun berubah warna menjadi layu (berwarna kuning). Pencegahan : penanaman jenis lada tahan penyakit BPB

b. Penyakit kuning
Penyebab: tidak terpenuhinya berbagai persyaratan agronomis serta serangan cacing halus (Nematoda) Radhophalus similis yang mungkin berasosiasi dengan nematoda lain seperti Heterodera SP, M incognita dan Rotylenchus Similis. Gejala: menyerang akar tanaman lada, ditandai menguningnya daun lada, akar rambut mati, membusuk dan berwarna hitam. Cepat lambatnya gejala daun menguning tergantung berat ringannya infeksi dan kesuburan tanaman. Pengendalian: Pemberian pupuk kandang, pengapuran, pemupukan tepat dan seimbang

Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan 

Panen
Ciri dan Umur Panen
Panen pertama umur tiga tahun atau kurang. Ciri-ciri: tangkainya berubah agak kuning dan sudah ada buah yang masak (berwarna kuning atau merah).
Cara Panen
Pemetikan dari buah bagian bawah hingga buah bagian atas, dengan mematahkan persendian tangkai buah yang ada diketiak dahan.
Periode Panen
Periode panen sesuai iklim setempat, jenis lada yang ditanam dan intensitas pemeliharaan

Sunday, April 21, 2013

CARA PERBANYAKAN DAN BUDIDAYA SIRIH MERAH

Sirih Merah banyak dikenal sebagai tanaman obat yang sangat berguna bagi masyarakat.  Untuk budidaya sirih merah perlu memperhatikan cara-cara yang benar sehingga tanaman sirih merah anda akan sehat dan banyak daunnya, karena bagian yang dimanfaatkan adalah daun.
 
CARA PERBANYAKAN SIRIH MERAH
Secara alami, Sirih merah menyukai tempat ternaung.   Seperti di bawah pohon di hutan. Tumbuh subur di tempat yang berhawa sejuk.  Untuk sinar matahari sirih merah  butuh 60 – 75 persen cahaya matahari.   Di tempat teduh, daunnya akan melebar, warna merah yang cantik akan segera terlihat bila daunnya dibalik. Batangnya pun tumbuh gemuk. Bila terkena banyak sinar matahari, batangnya cepat mengering. Sebaliknya bila terlalu banyak kena air akar dan batangnya akan membusuk.
Jika kebanyakan air, tanaman akan mati. Kena panas terus pun akan mati juga. Artinya, jika di pot tidak boleh langsung kena matahari. Sangat baik jika menggunakan paranet sehingga tak langsung kena hujan.  
Budidaya sirih merah bisa lewat pembibitan atau perbanyakan. Bisa melalui stek, dan runduk batang.   Untuk perbanyakan dengan runduk batang, bisa dilakukan bila tanaman sirih merah sudah mulai menjalar atau berkembang pesat.
Musuh utama sirih merah adalah keong, bekicot kecil, dan semut. Kalau daunnya akan dipakai obat, hendaknya jangan menggunakan pestisida untuk menghalau hama.
Bagi Anda yang ingin mencoba menanam sirih merah, cobalah dengan cara stek. Cara ini adalah yang paling mudah bagi pemula. Caranya: 1.Sediakan media tanam stek berupa pasir, tanah dan kompos. Perbandingannya 1:1:
1. Masukkan ke dalam polybag berdiameter 10 cm yang bagian bawahnya sudah dilubangi. 
2.Pilih batang sirih merah yang sudah tua. 
3.Potong batang sirih kira-kira dua ruas. Jangan asal potong. Sebaiknya batang yang diplih sudah memiliki 2 sampai 3 lembar daun. 
4.Rendam potongan batang ini ke dalam air biasa kira-kira 15 menit lalu angkat. 
5.Masukkan setek ke dalam media tanam yang sudah disediakan. 
6.Letakkan setek yang sudah ditanam di tempat teduh. Sinar matahari kira-kira 60 persen saja.
CARA PEMANENAN DAUN SIRIH MERAH
Tanaman siap panen minimal berumur 4 bulan. Saat itu sirih merah terdiri atas 16 sampai 20 daun. Pada saat itu daun sudah relatif lebar, dengan panjang 15 sampai 20 cm. Daun siap petik harus berumur 1 bulan, bersih, dan warna mengkilap. Daun yang dipetik berumur sedang, tidak terlalu tua atau muda, karena kadar zat aktifnya tinggi.
Daun yang subur berukuran 10 cm dan 5 cm. Bila dipegang, daun terasa tebal dan kaku (tidak lemas). “Semakin tua warna daun, semakin tebal. Semakin tebal daun, semakin kaku,” kata Soekardipengelola kebun pembibitan tanaman obat di Bogor. Aroma daun tajam dan rasanya pahit. Dalam sepekan panen sekali, tapi bila tanaman rimbun panen setiap hari juga memungkinkan. Hindari memetik daun yang terkena cipratan tanah, terutama pada waktu musim hujan.
Pemetikan dimulai dari tanaman bagian bawah menuju atas. “Daun dipetik sekitar 60 cm dari permukaan tanah , dengan tujuan meminimalkan bila ada kotoran atau debu yang menempel,” ujar Bambang Sudewo. Bila daun dipetik sekitar 10 cm dari permukaan tanah, kotoran terlalu banyak sehingga kurang layak panen. “Semakin sering daun dipanen, semakin cepat tunas tumbuh,” lanjutnya. Pemetikan sebaiknya pada pagi hingga pukul 11.00. Bila dipetik pada sore hari, menghambat proses pengeringan. Pemetikan dengan pisau tajam dan steril.
PASCA PANEN DAUN SIRIH MERAH

Selesai dipetik, daun disortir dengan standar mutu : daun bersih, segar, tebal, dan mengkilap. Daun kotor, cacat, dan kusam dibuang. Daun direndam dalam air selama 1530 menit untuk membersihkan kotoran dan debu yang menempel. Kemudian dibilas hingga bersih, dan ditiriskan.
Langkah berikutnya daun dirajang dengan alat yang bersih, steril, dan tajam. Lebar irisan sekitar 1 cm, langsung dikeringanginkan di atas tampah beralas kertas selama 1 jam. Rajangan yang telah kering 60% ditutup dengan kain hitam transparan untuk menghindari debu, serangga, atau kemungkinan terbang karena tertiup angin.
Setelah kering, daun dimasukkan ke kantong plastik tebal transparan. Bila perlu berikan silica gel untuk menyerap kadar air. Tutup rapat kantong, beri label, dan tanggal kering. Kemudian simpan di tempat bersih, tidak lembap, dan mudah dijangkau, misalnya stoples kaca. Dengan cara ini kualitas sirih merah tetap terjaga hingga setahun. Ketika hendak mengkonsumsi, ambil rajangan kering sirih merah 34 lembar, dan rebus hingga mendidih. Minumlah setelah rebusan dingin dan melalui penyaringan.

Wednesday, April 17, 2013

CARA MUDAH BUDIDAYA TOMAT DALAM POT/POLYBAG

Tomat atau nama ilmiahnya Solanum lycopersicum merupakan buah yang serbaguna, bisa dimakan langsung atau dibaut jus, juga bisa dijadikan bahan sayuran yang sangat bermanfaat bagi tubuh. Meski buah ini sangat mudah didapatkan di pasar atau di kios terdekat dan harganya tidak terlalu mahal, namun tidak ada salahnya bagi anda untuk menanam sendiri buah tomat di pekarangan atau halaman rumah kita.  Selain bermanfaat untuk aktivitas atau hobi juga bermanfaat untuk anda sendiri karena buah yang dihasilkan sendiri tentunya lebih sehat dan tidak banyak terkena pestisida. Nah Jika anda tertarik untuk budidaya tomat dalam pot bisa membaca informasi budidaya tomat dalam pot atau Polibag secara mudah di bawah ini.
 
a. Tempat dan Media Tanam 
Budidaya tomat dalam pot atau polybag dapat memanfaatkan kaleng bekas , ember plastik, wadah bekas lainnya atau memakai pot atau polybag. Media tanam yang digunakan berupa tanah pupuk kandang atau kompos. Perbandingan dapat 1:1, 1:2, atau 1:3 tergantung kesuburan atau berat ringannya tanah. Wadah tempat yang sudah disiapkan bawahnya dilubangi dan ditutup dengan pecahan gendeng untuk aliran air siraman. Setelah itu diisi dengan media yang telah kita siapkan sampai penuh.
 
b. Pesemaian
Tomat diperbanyak dengan bijinya, disemai terlebih dahulu lalu ditaruh pada wadah dan ditempatkan pada daerah yang teduh. Sebulan kemudian biji yang sudah bertunas itu perlu dipindah (disapih) ke tempat penanaman lain sebagai latihan bagi tananam muda ini.sesudah bibit setinggi 10 cm, baru bisa dipindah ke pot.
 
c. Penanaman
Yang harus diperhatikan sebelum tanaman dipindah ke media tanam sebaiknya media tanam perlu disiram terlebih dahulu. Untuk memindahkan tanaman dari persemaian ke pot harus hati-hati jangan sampai akar tanamannya sampai banyak yang patah, dan pemindahannya sebaiknya dilakukan pada sore hari.
 
d. Perawatan
Perawatan tanaman tomat dalam pot atau polybag lebih mudah karena kesehatan setiap tanaman lebih terkontrol dan penularan penyakit lewat akar dapat dihindari. Beberapa perawatan rutin yang perlu dilakukan sebagai berikut :

  1. Periksa tanaman setiap hari, terutama dari hama dan penyakit. Bila dijumpai ada hama, ambil dan matikan hama tersebut dengan cara dijepit. Bila ada tanaman yang layu cabut dan buang saja medianya supaya tidak menular ke tanaman yang lain.
  2. Bila tanaman kelihatan kurang subur, tambah pupuk kandang atau kompos yang telah matang.
  3. Bila tanaman sudah tumbuh besar beri turus/pasak untuk membantu tegaknya tanaman tersebut.
  4. Jangan biarkan media tanam terlalu kering, siramlah tanaman secara rutin, minimal 3 kali sehari. Perhatikan kadar air dalam media tanam jangan terlalu basah juga.
e. Panen
Budidaya Tomat dalam Pot atau Polybag dalam waktu relatif singkat sekitar 3 bulanan sudah dapat kita petik hasilnya.

Friday, April 12, 2013

MENGENAL POHON KEPUH YANG MULAI LANGKA


Kepuh atau pranajiwa atau dalam bahasa latin dinamakan Sterculia foetida Linn. Dalam bahasa inggris disebut sebagai “wild almoun” karena bentuk bijinya seperti biji almoun. Rasanyapun juga gurih dan berlemak. Pranajiwa dibeberapa daerah dikenal dengan beberapa nama seperti, kepoh, jangkang, kalumpang, dan beberapa daerah menamakan sebagai buah gendruwo karena bentuk buah yang cukup aneh dan berukuran besar. Karena keberadaannya mulai jarang ditemui, maka tanaman pranajiwa sudah dikatagorikan Langka. Tanaman Pranajiwa saat ini hanya ditemukan dibeberapa tempat yang dianggap keramat seperti kuburan, punden ataupun tempat-tempat yang jauh dari keramaian manusia. Karena keberadaannya inilah tanaman pranajiwa dinamakan sebagai tanaman “gendruwo”

(Sterculia foetida L.) adalah tanaman tahunan yang banyak tumbuh dan berkembang di daerah tropis. Tanaman ini memiliki banyak manfaat, salah satunya memiliki potensi sebagai bahan biodiesel. Populasi yang semakin jarang dan sedikitnya informasi mengenai pranjiwa menyebabkan budidaya kurang maksimal. Upaya pelestarian dan budidaya yang tepat dapat dilakukan dengan mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya mengenai tanaman ini, salah satunya dengan informasi genetik.
Klasifikasi:
  • Kingdom: Plantae
  • Divisi: Magnoliophyta
  • Kelas: Magnoliopsida
  • Ordo: Malvales
  • Family: Sterculiaceae
  • Genus: Sterculia
  • Species: Sterculia foetida L
Pranajiwa / Kepuh atau dalam bahasa latinnya Sterculia foetida Linn. merupakan salah satu spesies tanaman di Indonesia yang berasal dari Afrika Timur, Asia Tropik dan Australia. Tanaman ini berupa pohon yang cukup besar dengan tinggi mencapai 30 meter. Tanaman Kepuh dapat tumbuh dengan cepat dan merupakan spesies yang setiap bagian organ tubuhnya banyak bermanfaat bagi kehidupan manusia. Di beberapa daerah di Jawa Tengah, tanaman kepuh hanya dijumpai ditempat-tempat yang dianggap keramat seperti kuburan, punden (kuburan atau sumber air atau tempat yang dikeramatkan), sehingga masyarakat mengenalnya sebagai tanaman keramat. Buah kepuh yang bentuknya cukup unik yaitu terdiri dari 5 benjolan (lokus) cukup besar dengan berat + 1 – 3 kg sering masyarakat menamakan sebagai buah ”Genderuwo”. Biji-biji kepuh dibiarkan jatuh dan tidak dimanfaatkan secara optimal karena banyak orang yang takut untuk memanfaatkannya.

Semua bagian tanaman dari kulit batang, daun atau buah dan bijinya sering dimanfaatkan sebagai campuran jamu. Kulit pohon dan daun dapat digunakan sebagai obat untuk beberapa penyakit antara lain rheumatic, diuretic, dan diaphoretic. Kulit buah Kepuh juga dapat digunakan sebagai bahan ramuan untuk membuat kue dan bijinya dapat dimakan. Kayu pohonnya dapat digunakan sebagai konstruksi bangunan rumah, bahan pembuat kapal, kotak kontainer, dan kertas pulp. Biji kepuh mengandung minyak nabati yang terdiri atas asam lemak yaitu asam sterkulat yang berumus molekul C19H34O2. Asam lemak ini dapat digunakan sebagai ramuan berbagai produk industri seperti kosmetik, sabun, shampoo, pelembut kain, cat, dan plastik. Asam lemak minyak Kepuh juga dapat digunakan sebagai zat adaptif biodiesel yang memiliki titik tuang 180C menjadi 11,250C.

Secara ekologis, tanaman kepuh juga berfungsi sebagai mikro habitat hewan tertentu. Di Taman Nasional Komodo (Pulau Komodo) dilaporkan bahwa populasi burung kakak tua jambul kuning (Cacatua subphurea parvula) yang dilindungi menggunakan dan memanfaatkan pohon Kepuh sebagai sarangnya. Selain itu karena pohon Kepuh memiliki tajuk dan perakaran yang cukup besar, maka dapat berfungsi sebagai pengatur siklus hidrologi karena akarnya dapat menahan air tanah dengan kapasitas yang cukup besar.

Manfaat
Adapun manfaat dari tumbuhan ini ialah sebagai korek api dan Abu kulit buah dan buah kepuh dan kembang pulu memberikan warna merah Jawa Tengah. 
Buah kepuh, jeruk, kunyit dan kembang pulu menghasilkan warna jingga Jawa Tengah. 
Di Jawa biji kepuh dipakai sebagai bahan jamu. 
Kayunya berwarna putih keruh, ringan, dan kasar; tidak kuat, tidak awet, serta tidak tahan terhadap serangan serangga. Kayu ini, meskipun mudah didapatkan dalam ukuran besar, kurang baik untuk bangunan karena mudah rusak. Biasanya digunakan untuk membuat biduk, peti pengemas, dan batang korek api. Namun begitu, pohon kepuh yang tua dapat menghasilkan kayu teras bergaris-garis kuning yang cukup baik untuk membuat perahu dan peti mati. Mungkin juga kayunya ini cocok untuk mebel. 
Daun-daunnya konon digunakan untuk mengobati demam, mencuci rambut, dan sebagai tapal untuk meringankan sakit pada kaki dan tangan yang terkilir atau patah tulang. Kulit kayunya diseduh sebagai obat penggugur kandungan (abortivum). 
Kulit buahnya yang tebal dibakar hingga menjadi abu, dan digunakan untuk memantapkan warna yang dihasilkan oleh kesumba. Air rendaman abu ini juga digunakan sebagai obat penyakit kencing nanah. Biji kepuh mengandung minyak (khas, karena testanya juga mengandung minyak, selain pada embrio). Sebagaimana dicatat oleh Heyne[1], inti bijinya mengandung 40% minyak kuning muda yang tak mengering. Biji-biji ini disangrai untuk dimakan atau dibuat sambal. 
Biji kepuh dulu juga acap dikempa untuk diambil minyaknya, yang berguna sebagai minyak lampu, minyak goreng, atau, di Kangean, sebagai malam untuk membatik. Mengandung senyawa racun, biji ini juga dimanfaatkan sebagai obat (bahan jamu).

Friday, April 5, 2013

Cara Bertanam dan Budidaya Nanas

Anda pastinya tahu dan pernah merasakan segarnya buah nanas yang rasanya asam manis segar. Buah Nanas bisa dimakan segar atau jadi campuran minuman es buah, koktail dan sebagainya. Buah nanas banyak diminati dan banyak manfaatnya buat kesehatan tubuh. Untuk membudidayakan buah nanas relatif mudah dan tidak perlu teknologi tinggi.  
Dikenal 4 jenis golongan nanas, yaitu : Cayenne (daun halus, tidak berduri, buah besar), Queen (daun pendek berduri tajam, buah lonjong mirip kerucut), Spanyol/Spanish (daun panjang kecil, berduri halus sampai kasar, buah bulat dengan mata datar) dan Abacaxi (daun panjang berduri kasar, buah silindris atau seperti piramida). Varietas kultivar nanas yang banyak ditanam di Indonesia adalah golongan Cayene dan Queen. Golongan Spanish dikembangkan di kepulauan India Barat, Puerte Rico, Mexico dan Malaysia. Golongan Abacaxi banyak ditanam di Brazilia. Dewasa ini ragam varietas/kultivar nanas yang dikategorikan unggul adalah nanas Bogor, Subang dan Palembang
Berikut ini cara bertanam buah nanas.
Olah Tanah
Pengolahan tanah dilakukan pada awal musim hujan bersamaan dengan persemaian. Hal tersebut dimaksudkan agar pada saat pengerjaan tanah selesai, bibit tanaman yang disemaikan telah siap dipindahkan ke lahan. Pengolahan tanah dilakukan dengan menggemburkan, membalikkan posisi tanah, dan memperbaiki sirkulasi udara dengan mencangkul atau membajak tanah sedalam 30-40 cm. Tanah digaru dan bongkahan tanahnya dipecahkan.
a)      membuat bedengan
Pembentukan bedengan dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah.  Sistem bedengan cukup dengan cara meratakan tanah, kemudian disekelilingnya dibuat saluran pemasukan dan pembuangan air. Sistem bedengan dilakukan dengan cara membuat bedengan selebar 80-120 cm, jarak antar bedengan 90-150 cm, dan tinggi bedengan sekitar 30-40 cm (Prihatman, 2000).
b)     Pengapuran
Derajat kemasaman (pH) tanah yang sesuai untuk tanaman nanas adalah 4,5 - 6,5.  Pengapuran tanah dilakukan dengan Calcit, Dolomit, Zeagro atau bahan kapur lainnya dengan cara ditaburkan merata. Dosis kapur disesuaikan dengan pH tanah, namun umumnya berkisar antara 2 - 4 ton/ha (Prihatman, 2000).
 
Perbanyakan Tanaman
Perbanyakan tanaman nanas bertujuan untuk mendapatkan bibit yang cepat dalam jumlah banyak dan seragam. Teknik perbanyakan tanaman nanas dapat dilakukan dengan cara vegetatif dan generatif. Cara vegetatif yang digunakan adalah tunas akar, tunas batang, tunas buah, mahkota buah, stek batang, dan dengan cara kultur in vitro,  sedangkan cara generatif dengan biji yang ditumbuhkan di persemaian. Kualitas bibit yang baik harus berasal dari tanaman yang per-tumbuhannya normal, sehat, serta bebas dari hama dan penyakit.
 
Pembibitan Tanaman
Tanah tempat persemaian harus digemburkan terlebih dahulu. Kondisi media persemaian dijaga agar tetap lembab dan sirkulasi udara baik. Kedalaman persemaian dan jarak tanam mempengaruhi pertumbuhan. Penyiraman dilakukan secara berkala agar kondisi media tanam selalu lembab. Pemupukan dilakukan untuk mempercepat pertumbuhan bibit.
Pemilihan bibit merupakan langkah awal dalam proses budidaya nanas.  Keberhasilan agribisnis nanas tidak lepas dari penggunaan bibit unggul yang tepat.  Bibit yang unggul merupakan bibit yang memiliki produksi tinggi, tahan hama penyakit, dan mempunyai karakteristik sesuai dengan permintaan pasar.
Hal yang harus dilakukan dan diamati adalah pembuatan media tanam, jenis media tanam, komposisi media tanam, kedalaman persemaian, jarak tanam, pe-nyiraman, dan teknik pemupukan.

Adapun tahap-tahap pembibitan tanaman nanas adalah sebagai berikut :
a)      Persemaian tanaman
Persemaian nanas memerlukan perlakuan khusus dengan menggunakan zat pengatur tumbuh (ZPT) pada pangkal daun untuk mempercepat pertumbuhan akar.  Daun yang telah diolesi ZPT disemaikan sedalam 1,5 – 2,5 cm dengan jarak tanam 5-10 cm.  Kondisi media persemaian dijaga agar tetap lembab dan sirkulasi udara baik, dengan menutup bak persemaian dengan lembar plastik tembus cahaya (bening).  Stek daun nanas dibiarkan bertunas dan berakar. Campuran media berupa tanah halus, pasir, dan pupuk kandang halus (1:1:1) atau pasir dengan pupuk kandang halus (1:1).  Langkah terakhir adalah memindahtanamkan bibit nanas dari persemaian ke pembesaran bibit.
b)     Pemeliharaan bibit
Pemeliharaan bibit dilakukan dengan penyiraman secara berkala yang di-lakukan pada pagi dan sore hari. Hal tersebut dilakukan untuk menjaga agar kondisi media agar tetap lembab. Penjarangan dan pemberian pestisida dapat di-lakukan jika diperlukan. Pemeriksaan bibit dilakukan untuk mengetahui mutu bibit di lapangan.
c)      Pemindahan bibit
Pemindahan bibit dapat dilakukan jika ukuran tinggi bibit mencapai 25-30 cm atau berumur 3-5 bulan (Prihatman, 2000). Pemindahan bibit dilakukan dengan cara membasahi media bibit dan menanamkannya setinggi leher akar tanaman.
Penentuan Pola dan Jarak Tanam
Pola tanam merupakan pengaturan tata letak tanaman dan urutan jenis tanaman dengan waktu tertentu, dalam kurun waktu setahun.  (Prihatman, 2000).  Tanaman nanas cocok untuk dikembangkan sebagai tanaman sela, pagar, atau tumpangsari diantara tanaman lain, baik tanaman semusim ataupun tanaman tahunan. Nanas dapat ditumpangsarikan dengan pohon albasia, mahoni, tomat atau cabai.
Kepadatan tanaman bergantung pada jarak tanam.  Jarak tanam dan lubang tanam menentukan jumlah populasi dan pertumbuhan perakaran. Pembuatan jarak tanam untuk tanaman nanas antara 40 cm x  60 cm atau 60 cm x 80 cm. Ukuran lubang tanam: 30 x 30 x 30 cm3. Untuk membuat lubang tanam digunakan cangkul, tugal, atau alat lain.
Penanaman
Penanaman yang baik dilakukan pada awal musim hujan.  Langkah-langkah yang dilakukan : (1) membuat lubang tanam sesuai dengan jarak tanam; (2) mengambil bibit nanas dan menanam bibit pada lubang tanam yang tersedia masing-masing satu bibit per lubang tanam; (3) tanah dipadatkan disekitar pangkal bibit nanas agar tidak mudah roboh dan akar tanaman dapat kontak langsung dengan air tanah; (4) dilakukan penyiraman hingga tanah lembab dan basah; (5) penanaman bibit nanas sedalam 3-5 cm bagian pangkal batang tertimbun tanah (Prihatman,  2000)
Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan nanas meliputi penyulaman, penyiangan, pengairan, pembum-bunan, dan pemupukan. Hal yang harus diamati, penyulaman meliputi teknik penyulaman dan alat yang digunakan. Penyiangan meliputi teknik pengendalian gulma serta alat dan bahan yang digunakan untuk mengedalikannya. Pengairan meliputi sumber air, volume air yang digunakan dan teknik penyiraman. Pembum-bunan meliputi jumlah tanaman yang rebah, alat yang digunakan, dan teknik pembumbunan. Pemupukan meliputi jenis pupuk, dosis, dan teknik pemupukan yang dilakukan.
a)      Penyulaman
Kegiatan penyulaman nanas dilakukan untuk mengganti tanaman yang tidak tumbuh dengan bibit atau tanaman baru.  Faktor yang mempengeruhi penyulaman salah satunya adalah bibit yang mati terserang hama dan penyakit, atau pertum-buhan yang lambat.  Cara penyulaman adalah dengan mengganti tanaman yang mati atau tumbuh abnormal dengan bibit yang baru.  Penyulaman dilakukan pada lubang tanam yang bibitnya mati.  Penyulaman sebaiknya dilakukan tidak lebih dari satu bulan setelah tanam dan dilakukan seawal mungkin agar tidak me-nyulitkan pemeliharaan berikutnya. Penyulaman dilakukan seawal mungkin agar pertumbuhan tanaman tetap seragam.
b)     Penyiangan
Penyiangan diperlukan untuk membersihkan kebun nanas dari gulma.  Gulma sering menjadi sarang hama dan penyakit.  Waktu penyiangan disesuaikan dengan pertumbuhan gulma di kebun. Penyiangan dilakukan sebelum gulma ter-sebut berbunga. Cara penyiangan dilakukan dengan manual, kored atau cangkul.  Tanah di sekitar bedengan digemburkan dan ditimbunkan pada pangkal batang nanas sehingga membentuk bedengan.
c)      Penggemburan
Tanah disekitar tanaman digemburkan dan ditimbunkan pada pangkal batang nanas.  Pembubunan berfungsi untuk memperbaiki struktur tanah dan akar yang keluar dari permukaan tanah tertutup kembali sehingga tanaman menjadi kokoh.
d)     Pengairan
Tanaman nanas tahan terhadap kekeringan, namun untuk pertumbuhan tanaman yang optimal diperlukan air yang cukup.  Tanaman nanas dewasa perlu pengairan untuk merangsang pembungaan dan pembuahan. Waktu pengairan di-lakukan pagi dan sore hari.  Pengairan dilakukan 2 minggu sekali. Tanah yang terlalu kering dapat menyebabkan pertumbuhan nanas kerdil dan buahnya ber-ukuran kecil.
e)      Pemupukan
Pemupukan dilakukan dua kali. Pemupukan pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 2-3 bulan setelah tanam, kemudian pemupukan dilanjutkan 3-4 bulan sekali sampai tanaman berbunga dan berbuah.  Jenis pupuk yang digunakan adalah Urea 100 kg/ha, SP-36 150 kg/ha, dan KCl 100 kg/ha. (Apriliyana, 2010). Pupuk Urea penggunaannya dikombinasikan dengan perangsang pembungaan (Amaral, 2010).
Pemupukan dilakukan untuk memaksimalkan pertumbuhan tanaman.  Pupuk yang digunakan adalah pupuk yang mengandung nitrogen, fosfor, kalium dan unsur hara mikro.  Cara pemberian pupuk dibenamkan ke dalam parit sedalam 10-15 cm diantara barisan tanaman nanas, kemudian ditutup dengan tanah atau dengan disemprotkan pada daun dengan menggunakan pupuk cair.
 
Hama dan Penyakit
Kompleksnya masalah hama dan penyakit nanas membuat orang yang berkecimpung dibidang nanas harus memiliki pengetahuan tentang ciri dan cara pengendaliannya secara baik.  Pengendalian tersebut meliputi pengendalian secara kultur teknis, mekanis, kimiawi, dan biologis.
Pengetahuan yang harus dikuasai dalam pengendalian kimia meliputi jenis pestisida, jenis bahan aktif, cara kerja, dan keunggulan pestisida tersebut.  Dengan mengetahui dan memahami prinsip dasar pengendalian hama terpadu dan peng-gunaan pestisida sesuai aturan, tidak akan mencemari lingkungan dan mem-bahayakan kesehatan manusia. Tindakan pengendalian dilakukan bila tingkat serangan hama dan penyakit menimbulkan kerugian secara ekonomis.
 
Hama
a)      Penggerek buah (Thecla basilides Geyer)
Kupu-kupu berwarna coklat. Kupu-kupu betina meletakkan telurnya pada permukaan buah, kemudian menetas menjadi larva, bentuk larva pada bagian tubuh atas cembung, bagian bawah datar dan tubuh tertutup bulu-bulu halus pendek.  Gejalanya daging buah berlubang dan mengeluarkan getah, kemudian membusuk karena diikuti serangan cendawan atau bakteri. Pengendaliannya dengan menjaga kebersihan kebun, membuang bagian tanaman yang terserang hama, dan dengan menyemprot insektisida.
b)      Kumbang (Carpophilus hemipterus L.)
Kumbang kecil berwarma coklat atau hitam. Larvanya berwarna putih kekuningan, berambut tipis, bentuknya langsing berkaki 6. Gejalanya buah menjadi bergetah dan busuk oleh mikroorganisme lain (cendawan dan bakteri).  Pengendaliannya dengan menjaga kebersihan kebun dan pemberian insektisida.
c)      Lalat buah (Atherigona sp.)
Lalat berukuran kecil, meletakkan telur pada bekas luka bagian buah, kemudian menjadi larva berwarna putih.  Gejalanya buah menjadi lunak. Pengen-daliannya dengan menjaga kebersihan kebun, membuang buah yang terserang lalat buah, dan  dengan penyemprotan insektisida.
d)     Thrips (Holopothrips ananasi Da Costa Lima)
Thrips berukuran sangat kecil panjangnya sekitar 1,5 mm, berwarna coklat, dan bermata besar. Gejalanya terdapat bintik-bintik berwarna perak pada buah dan daun karena cairan sel daun dihisap oleh hama tersebut. Pada tingkat serangan yang berat menyebabkan pertumbuhan tanaman muda terhambat.  Pengendalian dilakukan dengan menjaga kebersihan kebun, mengurangi ragam tanaman inang, dan penyemprotan insektisida.
e)      Sisik (Diaspis bromeliae Kerne)
Serangga berukuran kecil berdiameter ± 2,5 mm, bulat dan datar, berwarna putih kekuningan/keabu-abuan, bergerombol menutupi buah dan daun, sehingga menyebabkan ukuran buah kecil dan pertumbuhan tanaman terhambat.  Pengenda-liannya dengan penyemprotan insektisida.
f)       Ulat buah (Tmolus echinon L)
Serangga muda/dewasa berupa kupu-kupu berwarna coklat serta larva/ulat tertutup rambut halus dan kepalanya kecil. Gejalanya buah menjadi berlubang, bergetah dan sebagian buah memotong bagian tanaman yang terserang berat.   Pengendaliannya dengan mengumpulkan ulat secara mekanis, serta disemprot insektisida.
g)      Hama lain:
Rayap, tikus, dan kutu tepung jeruk juga kadang - kadang menyerang tanaman nanas.
Penyakit
a)      Busuk hati dan busuk akar
Penyebabnya adalah Cendawan Phytophthora parasitica.  Penyakit busuk hati disebut hearth rot, sedangkan busuk akar dinamakan root rot.  Penyakit tersebut disebarkan oleh tanaman inang, air yang mengalir, alat-alat pertanian, curah hujan tinggi, tanah yang mengandung bahan organik yang belum matang, dan kelembaban tanah tinggi.  Gejalanya terjadi perubahan warna menjadi hijau belang-belang kuning dan ujungnya nekrotis, daun-daun muda mudah dicabut, pada bagian pangkal daunnya membusuk dengan bau busuk, berwarna coklat, dan akhirnya tanaman mati.  Pengendaliannya dengan cara perbaikan drainase tanah, mengurangi kelembaban sekitar kebun, memotong atau mencabut tanaman yang sakit, dan dengan pencelupan bibit dalam larutan fungisida sebelum tanam.
b)      Busuk pangkal
Penyebab cendawan Thielaviopsis paradoxa atau Ceratocystis paradoxa.  Penyakit tersebut sering disebut base rot.  Penyebaran penyakit dibantu tanaman inangnya, adanya luka-luka mekanis pada tanaman, angin, hujan, dan tanah.   Gejala pada bagian pangkal batang, daun, buah, dan bibit menampakkan gejala busuk lunak berwarna coklat, hitam, atau bercak-bercak putih kekuning-kuningan dan berbau khas.  Pengendaliannya dengan menyimpan bibit sementara sebelum ditanam agar luka cepat sembuh, menanam bibit pada cuaca kering, menghindari luka-luka mekanis dan dengan perendaman bibit dalam larutan fungisida.
c)      Penyakit Lain
Penyakit lain yang biasa menyerang adalah busuk bercak gabus pada buah yang disebabkan oleh cendawan Pinicillium funiculosum Thom, busuk bibit oleh cendawan Pythium sp., layu dan bercak kuning oleh virus yang belum diketahui secara pasti jenisnya. Pengendalian dilakukan secara terpadu, meliputi peng-gunaan bibit yang sehat, perbaikan kultur teknik budidaya secara intensif, pemotongan/pencabutan tanaman dan pemusnahan tanaman yang sakit (Soedarya, 2009).
 
Panen
Panen buah nanas dilakukan tergantung dari jenis bibit yang digunakan.  Bibit yang berasal dari mahkota berbuah pada umur 24 bulan.  Tanaman yang berasal dari tunas batang dipanen setelah umur 18 bulan, sedangkan tanaman yang berasal dari tunas akar dapat berbuah setelah berumur 12 bulan. Menurut Prihatman (2000), ciri-ciri buah nanas yang siap dipanen adalah mahkota buah terbuka, tangkai buah mengkerut, mata buah lebih mendatar, besar dan bentuknya bulat, warna bagian dasar buah kuning, dan timbul aroma nanas yang harum dan khas.
a)      Cara Panen
Cara pemanenan dengan memotong tangkai buah dengan pisau tajam yang steril.  Pemanenan dilakukan secara hati-hati agar buah tidak rusak dan memar.

b)     Periode Panen
Pemanenan buah nanas dilakukan bertahap sampai tiga kali. Panen pertama sekitar 25%, kedua 50%, dan ketiga 25% dari jumlah yang ada. Tanaman yang sudah berumur 4-5 tahun perlu diremajakan karena pertumbuhannya lambat dan buahnya kecil.
c)      Produksi
Potensi produksi tanaman nanas yang dibudidayakan secara intensif dapat mencapai 60-70 ton/hektar. Pada umumnya rata-rata 20-25 ton/hektar, tergantung jenis nanas, sistem penanaman dan pemeliharaannya.
Pascapanen
Buah nanas termasuk komoditas yang mudah rusak, susut dan cepat busuk.  Oleh karena itu, setelah panen memerlukan penanganan pascapanen yang memadai (Prihatman, 2000).
a)      Pengumpulan
Setelah panen dilakukan pengumpulan buah ditempat penampungan hasil atau gudang sortasi.  Pengumpulan hasil harus dilakukan sebaik mungkin agar tidak terjadi kerusakan buah.
b)     Penyortiran dan Penggolongan
Kegiatan sortasi dilakukan dengan memisahkan buah yang rusak, memar, busuk, atau mentah secara terpisah kemudian mengklasifikasikannya berdasarkan bentuk dan ukuran yang seragam, jenis maupun tingkat kematangannya.
c)      Penyimpanan
Penyimpanan dilakukan untuk mengumpulkan buah nanas sebelum diangkut ke pasaran. Buah nanas biasanya disimpan dalam ruangan dingin yang suhunya sekitar 50C. Hal yang harus diperhatikan adalah cara penyimpanan, tempat pe-nyimpanan, dan berapa lama waktu maksimal untuk menyimpanan.
d)     Pengemasan dan Pengangkutan
Kegiatan pengemasan sangat penting dilakukan untuk meningkatkan nilai tambah. Jenis kemasan sangat mempengaruhi kualitas nanas. Pengangkutan di-mulai dengan menyusun nanas yang sudah dikemas secara teratur pada alat pengangkutan.  Hal yang menentukan adalah jenis kemasan, teknik pengemasan, ukuran kemasan, teknik pengangkutan, dan alat angkut yang digunakan.